Pages

Sabtu, 29 Juni 2013

“Aku merebutmu, Tidak! Dia yang melepaskanmu”

Perbincangan yang di mulai dari smartphone. Saling bertukar informasi mengenai elektronik. Dan akhirnya “ah menyebalkan siapa sih dia?”
Aku menolakmu, aku tak mau jalan denganmu bukan karena aku tak suka tapi karena aku sibuk dengan duniaku.
Tak apalah sesekali aku menerima ajakanmu, tanggapanku sinis
Salah tingkahmu menghilangkan karcis parkir membuatku enggan jalan denganmu lagi, tapi genggaman tangan itu yang membuat aku ingin selalu bertemu denganmu.

Kamu tau aku tak sendiri tanpa aku tau kamu punya kekasih.
Aku rela melepaskannya demi kamu, tapi kamu selalu butuh waktu banyak waktu untuk bersamanya tanpa memikirkan bagaimana aku, perasaanku.
Sifatmu yang acuh membuat ragu, susah menebaknya?
Aku hanya ingin besamamu hanya kita berdua tanpa diamu.
Apa aku merebutmu, enggak! Sama sekali tidak. Aku hanya ingin kamu bersamaku.
Dia meninggalkanmu karena kamu punya aku? Aku tak peduli yang penting disini (hati) aku sayang kamu.




Jumat, 28 Juni 2013

”Ini caraku mencintaimu jangan samakan dengan mantanmu”

Aku tau mungkin kau tak suka dengan sikapku yang selalu menuntut. Aku tau kamu tak suka dengan keegoisanku, tapi perlu kamu tau itu semua aku lakukan karena aku sayang kamu atau bahkan terlalu sayang. 

Sayang, aku tau dulu sebelum bersamaku kamu bebas, bebas untuk keluar kemana saja dan dengan siapa saja, tapi sekarang ingat ada aku disini aku ingin diperhatikan layaknya seorang pacar. 
Apa aku salah jika aku terlalu banyak menuntut, aku hanya ingin kejelasan walaupun hubungan kita sudah cukup jelas dengan pacaran. 

Sayang, mungkin aku tak sepandai mantanmu mungkin aku tak secantik dia tapi aku ingin lebih baik dari dia, yah dia yang meninggalkanmu. Maaf jika aku terlalu membatasi gerak gerikmu, memintamu untuk terus bersamaku, bukannya posesif tapi aku hanya ingin kamu lebih mengerti inilah aku. Tak peduli orang berkata apa, tak peduli mereka membencimu atau bahkan mereka musuhmu, aku di sini akan selalu sayang kamu. 

Sayang, aku tau saat kamu ingin bersama teman- temanmu, aku tau saat kamu bilang waktumu bukan hanya untukku, tapi apa aku salah jika aku ingin sedikit saja memintamu meluangkan waktu untukku. Taukah kamu aku tak berguna tanpa kabarmu, apalagi semenjak sakit itu. Aku merasa aku bukan orang yang pantas untuk di cintai. 


Jika caraku ini salah maafkan aku, tapi aku tidak akan pernah salah untuk mencintaimu.

”Jatuh cinta kepada orang yang tak seharusnya aku cinta”

Entah apa ini, perasaan cinta atau sekedar suka? “terserah kamu mau bilang apa aku tak peduli yang penting aku cinta sama mantanmu, yah mantan pacarmu.” Aku ngrasa kalo kamu ngomongin aku di belakang, aku tau sebenarnya kau tak ikhlas tapi apalah daya aku uda terlanjur sayang bahkan saling sayang sama mantanmu. 

 Waktu itu aku hanya ingin membantu kalian untuk bersama menyatukan dua insan yang saling mencinta untuk bersatu kembali. Perlahan perasaan itu mulai muncul, “ah sudah sudah” kataku, rasa apa ini niatku hanya membantu bukan malah mengacaukan. 

Hari sudah berganti, bulanpun tak menampakkan senyumnya lagi, yang kulihat hanya matahari, “panas panas” kataku seperti hatiku yang sedang terbakar api, api yang berbeda “api cinta” tanpa seseorang yang mencinta kecuali orang tuaku. 

Dia yang ku sebut sebagai mantanmu, dia mulai merayuku, aku tak tau apa maksudnya apakah itu memang benar atau hanya berpura-pura. Saat dia bilang “kamu cantik” bukan hanya pipiku yang tersipu malu tapi hatiku seakan bergejolak, mulutku seakan terbungkam, tanda apa ini Tuhan?
Aku tak mau jika ini awal aku mempunyai hubungan khusus dengannya apalagi dia mantan temanku, hapus rasa ini Tuhan.. 

Dada terasa sesak saat dia mulai mengatakan suka, sayang dan meminta aku sebagai pacarnya? Haruskah aku menerimanya atau aku menolak, menolak kebahagiaanku sendiri? 
 Gak aku harus bahagia aku harus bangkit dari kelajangan ini, aku gak mau sendirian di dalam kamar saat teman-temanku berkencan. 

Sudah aku putuskan, aku menerimanya kebahagiaan itu seakan tak pernah berakhir saat dia disini disampingku.

 Bagaimana ini tak seorang pun tau hubunganku dengannya, kebahagiaanku saat ini berubah menjadi ketakutanku, takut ketauan saat jalan bahkan aku takut tak punya teman lagi, aku tak mungkin mengurung rahasia bahagia ini rapat2 lagi, sampai kapan aku kuat, sampai kapan aku bisa menyimpannya rapi jika saatnya nanti aku akan bilang pada semuanya kalo aku sayang dia (mantan pacar temanku).