Pages

Kamis, 22 Mei 2014

Seven jump sub involusio uterus

ADUUHH ADA APA DENGAN RAHIM
DAN PAYUDARAKU??

Ny. “K” umur 23 tahun datang ke “Klinik Sehat“ mengatakan darah yang keluar dari kemaluannya berbau menyengat dan ibu mengeluh demam 2 hari yang lalu.
Dari anamnesa didapatkan: Ibu melahirkan anak pertamanya secara spontan ditolong Bidan di klinik 1 minggu yang lalu, tidak pernah abortus. Ibu mengatakan nyeri pada payudara, payudara penuh, jarang menyusui dan nyeri pada perut bagian bawah. Ibu mengatakan malas bergerak.
Hasil pemeriksaan fisik berupa head to toe  wajah pucat,bibir pucat konjungtiva anemis, K/U: Lemah, Kesadaran: Composmentis, TD: 90/60 mmHg, Nadi: 96 x/menit, RR: 20 x/menit, Suhu: 39oC,  Hb 8 gr/dl ,TFU: Setinggi pusat, Kontraksi uterus lembek.
Pengeluaran: Lochea rubra jumlah ± 100 cc, konsistensi cair dan berbau, Kandung kemih penuh.

I.          LANGKAH 1 KLARIFIKASI ISTILAH
1.      Melahirkan anak I 7 hari yang lalu, tidak pernah abortus 
P1001 post partum hari ke 7
2.      Demam suhu 39 ºc
suatu keadaan dimana suhu badan lebih dari batas normal, batasan normal 36,5º-37,5 º ibu mengatakan demam
3.      Nyeri payudara, payudara penuh dan jarang menyusui
Dx : pembendungan ASI
4.      Nyeri perut bagian bawah,kontraksi uterus lembek, TFU setinggi pusat, lochea rubra ± 100 cc, berbau menyengat dan berwarna merah segar
: ibu mengalami tanda gejala sub involusi uterus
5.      Ibu mengatakan malas bergerak
: Merupakan faktor yang mempengaruhi sub involusi

II.       LANGKAH 2   IDENTIFKASI MASALAH
1.      P1001 Post Partum Hari ke 7 dengan infeksi Puerpuralis ditandai dengan:
DS :
·         Ibu mengatakan darah yang keluar dari kemaluannya berbau menyengat
·         ibu mengeluh demam.
·         Ibu mengatakan nyeri pada perut bagian bawah.
·         Ibu mengatakan malas bergerak
DO:
wajah pucat, bibir pucat, konjungtiva anemis, K/U: lemah, kesadaran composmentis, TD 90/60 mmHh, Nadi: 96x/menit, RR:20X/menit, suhu 39ºc, TFU:setinggi pusat, kontraksi uterus lembek, pengeluaran lochea rubra jumlah ± 100 cc, berbau menyengat
2.      P1001 Post partum hari ke 7 dengan bendungan ASI ditandai dengan:
DS: Ibu mengatakan nyeri pada payudara, payudara terasa panas, jarang menyusui
DO : Payudara penuh
III.   LANGKAH 3  ANALISIS MASALAH
1.      P1A0H1 post partum hari ke 7 dengan Sub involusi
a)    Apa definisi sub involusi ?
Jawab : kegagalan uterus untuk mengikuti pola normal involusi atau proses involusi rahim tidak berjalan sebagaimana mestinya, sehingga proses pengecilan uterus terhambat
b)      Apa gejala klinis sub involusi ?
Jawab :Biasanya tanda dan gejala subinvolusi tidak tampak,sampai kira-kira 4 – 6 minggu postpartum.
·         Fundus uteri letaknya tetap tinggi didalam abdomen/pelvis dari yang diperkirakan/penurunan fundus uteri lambat dan tonus uterus lembek.
·         Keluaran kochia seringkali gagal berubah dari bentuk rubra ke bentuk serosa,lalu kebentuk kochia alba
·         Lochia bisa tetap dalam bentuk rubra dalam waktu beberapa hari post partum/lebih dari 2 minggu postpartu
·          Lochia bisa lebih banyak daripada yang diperkirakan
·         Leukore dan lochia berbau menyengat,bisa terjadi jika ada infeksi.
·         Pucat,pusing,dan tekanan darah rendah
·          Bisa terjadi perdarahan postpartum dalam jumlah yang banyak (>500 ml)
·         Nadi lemah,gelisah ,letih,ekstrimitas dingin.
c)    Apa penyebab sub involusi ?
Jawab : a.Terjadi Infeksi pada endometrium
b.Terdapat sisa plasenta dan selaputnya
c.Terdapat bekuan darah
d.Mioma uteri
d)    Bagaimana cara penanganan sub involusi ?
Jawab :
·         Asuhan Kebidanan dengan cara:
ü  Beritahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan bahwa ibu mengalami sub involusi uterus
ü  Kosongkan kandung kemih, sehingga memudahkan uterus involusi
ü  Anjurkan ibu untuk mobilisasi untuk mempercepat proses involusi
ü  Anjurkan ibu untuk makan-makanan bergizi dan menyusui bayinya sesering mungkin
·         Kolaborasi dokter untuk pemberian antibiotika, pemberian uteronika, pemberian tablet Fe/transfusi dan dilakukan kuretase apabila masih ada sisa plasenta yang tertinggal.
e)         Faktor-faktor yang mempengaruhi sub involusi ?
a.       Mobilisasi dini
b.      Status gizi
c.       Menyusui
d.      Usia
e.       Parietas
f)       Pemeriksaan Penunjang ?
a.       USG
b.      Radiologi
c.       Laboratorium (Hb, Golda, Eritrosit, Leukosit, Trombosit, CT, BT)
2.      Diagnosa pasti dari kasus di atas adalah P1A0H1 post partum 7 hari dengan Infeksi Puerperalis
a.       Apa definisi dari Infeksi Puerperalis:
Infeksi puerperalis adalah semua peradangan yang disebabkan oleh masuknya kuman-kuman ke dalam alat-alat genetalia pada waktu persalinan dan nifas ditandai dengan kenaikan suhu ≥ 38ºc.  
b.      Apa tanda dan gejala Infeksi Puerperalis:
·         Demam
·         Nyeri pelviks
·         Nyeri tekan di uterus
·         Lokea berbau menyengat
·         Terjadi keterlambatan dalam penurunan uterus
·         Pada laserasi terasa nyeri, bengkak dan mengeluarkan darah
c.       Apa Penyebab dari Infeksi Puerperalis:
Bakteri Endogen: Bakteri ini secara normal hidup di vagina dan rektum tanpa menimbulkan bahaya, contoh
ü  Streptokokus
ü  Stafilokokus
ü  E.Coli
ü  Clostridium welchi
Bakteri Eksogen: bakteri ini masuk kedalam vagina dari luar, contoh:
ü  Clostridium tetani
ü  Clamidia dan gonokokus
d.      Faktor predisposisi terjadi sepsis puerperalis:
ü  Anemia/kurang gizi
ü  Higiene yang buruk
ü  Tekhnik aseptik yang buruk
ü  Manipulasi yang sangat banyak pada jalan lahir
ü  Adanya jaringan mati pada jalan lahir
ü  Insersi tangan, instrumen/ pembalut yang tidak steril
ü  Ketuban pecah dini
ü  Pemeriksaan vagina yang sering
ü  Kelahiran melalui SC
ü  Laserasi vagina/ serviks yang tidak diperbaiki
ü  PMS yang diderita
ü  Hemorargi post partum
ü  Tidak imunisasi tetanus
ü  Diabetes melitus
e.       Penanganan infeksi puerperalis:
·      Asuhan Kebidanan dengan cara:
ü  Beritahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan bahwa ibu mengalami infeksi puerperalis
ü  Mengisolasi pasien untuk mencegah penyebaran infeksi
ü  Anjurkan ibu untuk menjaga kebersihan daerah genitalia dengan sering mengganti pembalut
·      Kolaborasi dokter untuk pemberian therapi antibiotika
3. Masalah  dari kasus di atas adalah P1A0H1 post partum 7 hari dengan Bendungan ASI
a.       Definisi
Pembendungan air susu  karena penyempitan duktus laktiferi atau kelenjar-kelenjar karena tidak dikosongkan dengan sempurna atau karena kelainan pada puting susu.
b.      Tanda dan gejala
Perlu  dibedakan antara payudara bengkak dengan payudara penuh.  Pada payudara bengkak antara lain:
1.      Benjolan terlihat jelas dalam perabaan lunak
2.      Terasa nyeri, karena ada pembengkakan yang terlokalisasi
3.      Payudara odem,  
4.      Puting susu kencang,
5.      Kulit mengkilat walau tidak merah,
6.      Dan ASI tidak keluar kemudian badan menjadi demam setelah 24 jam.
Sedangkan pada payudara penuh:
1.      Payudara terasa berat,
2.      Panas dan keras
3.      Bila ASI dikeluarkan tidak ada demam.
c.       Penyebab
Payudara bengkak disebabkan karena menyusui  yang tidak kontinyu, sehingga sisa ASI terkumpul pada daerah duktus.  Hal ini dapat terjadi pada hari ke tiga setelah melahirkan. keadaan puting susu  yang tidak bersih dapat menyebabkan sumbatan pada duktus laktiferus (lactiverous duct). Tersumbatnya duktus laktiferus, bisa satu atau lebih duktus(saluran), penyebabnya: a).Pemakaian BH yang terlalu ketat  b) Tekanan jari-jari ibu ketika menyusu  c)  Terjadinya penyumbatan karena ASI yang terkumpul tidak segera dikeluarkan, sehingga terjadi keadaan payudara bengkak, seperti diterangkan di bagian payudara bengkak
d.      Penanganan
Tatalaksana atau cara mengatasi payudara bengkak dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1.      Keluarkan sedikit ASI sebelum menyusui agar payudara lebih lembek, sehingga lebih mudah memasukkannya ke dalam mulut bayi.
2.      Bila bayi  belum dapat menyusu, ASI dikeluarkan dengan tangan atau pompa dan diberikan pada bayi  dengan cangkir/sendok.
3.      Tetap mengeluarkan ASI sesering yang diperlukan sampai bendungan teratasi.
4.      Untuk mengurangi rasa sakit dapat diberi kompres  hangat dan dingin.
5.      Bila ibu demam dapat diberikan obat penurun demam dan pengurang sakit.
6.      Lakukan pemijatan pada daerah payudara yang bengkak, bermanfaat untuk membantu memperlancar pengeluaran asi.
7.      Pada saat menyusui, sebaiknya ibu tetap rileks.
8.      Makan-makanan bergizi untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan perbanyak minum.
e.       Cara menyusui baik dan benar
a.       Posisi tubuh yang benar
Posisi ibu duduk atau berbaring dengan santai dan nyaman untuk menyangga bayi dapat menggunakan bantal atau selimut.
b.      Posisi duduk yang benar
1.    Gendong bayi setinggi payudara gunakan bantal untuk menyangga tangan ibu yang memegang bayi.
2.    Ibu mengatur posisi bayi setinggi tubuh bayi miring terhadap ibu serta perut bayi menempel pada perut ibu.
3.    Siku dan lengan bawah ibu menyangga kepala, leher dan punggung bayi, tangan ibu memegang bokong atau paha atas bayi.
4.    Lengan bayi yang lebih rendah dengan ibu diusahakan melingkari tubuh ibu apabila tidak akan menghalangi mulut bayi ketika menghisap puting.
c.       Menyusui  dengan posisi menggendong
1.    Ibu duduk dengan santai dan nyaman
2.    Gunakan bantal atau selimut untuk menyangga punggung dan lengan bayi
3.    Bila perlu gunakan penopang bayi untuk menyangga kaki ibu
4.    Posisi bayi miring menghadap ibu, perut bayi menempel perut ibu
5.    Gendong bayi setinggi payudara ibu bila tubuh bayi kecil gunakan bantal sebagai ganjal
6.    Letakkan kepala bayi pada siku ibu, sangga punggung bayi dengan lengan bawah ibu, tangan ibu memegang bokong atau paha atas bayi
7.    Tangan bayi diletakkan melingkari tubuh ibu
8.    Pegang payudara dengan tangan ibu yang satunya, arahkan dan masukkan puting susu ke mulut bayi.
d.      Menyusui dengan posisi menggendong silang
1.    Cari tempat duduk yang nyaman gunakan bantal untuk menyangga punggung ibu.
2.    Bila perlu gunakan penopang kaki untuk menyangga kaki ibu.
3.    Baringkan bayi diatas pangkuan ibu bila perlu letakkan bantal untuk menopang bayi.
4.    Sangga kepala bayi dengan tangan kiri ibu dan punggung bayi dengan lengan bawah. Pegang payudara kanan dengan tangan kanan.
5.    Atur posisi bayi sehingga perut bayi menempel perut ibu, arahkan dan masukkan puting susu kanan ke mulut bayi.

e.       Menyusui dengan posisi memegang bola
1.    Ibu bersandar duduk di kursi atau tempat tidur.
2.    Letakkan satu atau dua bantal atau selmut disamping ibu, tidurkan bayi di atas bantal atau selimut tersebut.
3.    Sangga punggung dan leher bayi dengan siku dan lengan bawah ibu serta sangga kepala bayi dengan lengan.
4.    Tubuh bayi menempel pada ibu, muka bayi langsung menghadap puting susu dan areola mamae.
5.    Pegang payudara dengan tangan ibu yang satunya. Arahkan bayi ke payudara ibu atur posisi puting susu dan areola mamae lalu masukkan puting ke dalam mulut bayi.
6.    Jaga agar lengan ibu santai selama menyusui.
f.       Posisi berbaring miring
1.    Ibu berbaring miring dengan nyaman
2.    Letakkan satu atau dua bantal di bawah kepala dan sisipkan satu bantal di belakang punggung ibu.
3.    Letakkan bantal lain atau lipatan selimut di bawah lutut kaki.
4.    Baringkan bayi dengan posisi miring ke arah payudara ibu, mulut bayi sejajar dengan puting susu.
5.    Gunakan lengan ibu untuk mengatur posisi bayi agar tetap miring atau sisipkan gulungan selimut atau handuk dibelakang punggung bayi.
6.    Gunakan tangan ibu yang bebas untuk memegang payudara yang paling dekat dengan bayi kemudian susui bayi.
7.    Apabila ingin menyusui lengan payudara yang satu maka balikan badan kesisi yang satunya lagi.
g.      Tanda-tanda bayi berada dalam posisi salah
1.    Tubuhnya mungkin terlalu jauh dari ibunya.
2.    Mulut dan dagunya terpisah dari payudara.
3.    Dapat terlihat banyak areola, terutama bibir bawah.
4.    Bayi menghisap terlalu cepat dan sedikit.
5.    Bayi gelisah atau menolak menyusu karena tidak mendapat ASI.
6.    Ibu merasakan nyeri pada puting susunya.
7.    Kepala bayi menengadah.
h.      Pencegahan Payudara bengkak
1.      Menyusui bayi dengan posisi dan perlekatan yang benar dan tepat
2.      Menyusui on demand
3.      Pompa manual
4.      Masase untuk membantu memperlancar pengeluaran ASI
5.      Ibu rileks dan makan makanan bergizi


IV.   LANGKAH 4 HIPOTESIS
1.      Ada hubungan antara kurangnya mobilisasi dengan sub involusi
2.      Ada hubungan antara frekuensi menyusui dengan sub involusi
3.      Ada hubungan antara frekuensi menyusui dengan pembengkakan payudara

V.      LANGKAH 5  SASARAN PEMBELAJARAN
1.      Mahasiswa mampu memahami tentang sub involusi
2.      Mahasiswa mampu memahami tentang bendungan payudara
3.      Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu dengan sub involusi, infeksi puerperalis dan bendungan payudara
4.      Ibu nifas memahami pentingnya mobilisasi
5.      Ibu nifas memahami pemberian ASI
6.      Ibu nifas memahami cara menyusui bayi yang baik dan benar

VI.    LANGKAH 6 DAFTAR PUSTAKA
JNPK-KR.(2008).Asuhan Persalinan Normal.Jakarta:Bakti Husada.
Mansjoer, Arif.(2009).Kapita Selektas Kedokteran.Jakarta:FKUI.
Manuaba.(2010).Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB.Jakarta:EGC.
Prawirohardjo S.(2009).Ilmu Kebidanan.Jakarta:FKU.
Winkjosastro, Hanifa.(2007).Ilmu Kebidanan.Jakarta:YBSP.
Ambarwati .(20008). Askeb Nifas. Yogyakarta. Mita Cendikia (47-49).
Saleha. (2009). Askeb Nifas. Jakarta. Salemba Medika (105-107).
Suherni. (2007). Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta. Fitra Maya (545-555).
Bari, Saifuddin, Abdul, Prof. Dr. (2002). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: YBPSP.
Bari, Saifuddin, Abdul, Prof. Dr. (2006). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: YBPSP.

VII   LANGKAH 7
Apa yang membedakan antara infeksi puerpuralis dan sub involusi ?
Jawaban: Infeksi puerperalis ditandai dengan tanda dan gejala sub involusi uterus