ADUUHH ADA APA DENGAN
RAHIM
DAN PAYUDARAKU??
Ny.
“K” umur 23 tahun datang ke “Klinik Sehat“ mengatakan darah yang keluar dari
kemaluannya berbau menyengat dan ibu mengeluh demam 2 hari yang lalu.
Dari
anamnesa didapatkan: Ibu melahirkan anak pertamanya secara spontan ditolong
Bidan di klinik 1 minggu yang lalu, tidak pernah abortus. Ibu mengatakan nyeri
pada payudara, payudara penuh, jarang menyusui dan nyeri pada perut bagian
bawah. Ibu mengatakan malas bergerak.
Hasil
pemeriksaan fisik berupa head to toe wajah pucat,bibir pucat konjungtiva anemis,
K/U: Lemah, Kesadaran: Composmentis, TD: 90/60 mmHg, Nadi: 96 x/menit, RR: 20
x/menit, Suhu: 39oC, Hb 8
gr/dl ,TFU: Setinggi pusat, Kontraksi uterus lembek.
Pengeluaran:
Lochea rubra jumlah ± 100 cc, konsistensi cair dan berbau, Kandung kemih penuh.
I.
LANGKAH
1 KLARIFIKASI ISTILAH
1. Melahirkan
anak I 7 hari yang lalu, tidak pernah abortus
P1001
post partum hari ke 7
2. Demam
suhu 39 ºc
suatu
keadaan dimana suhu badan lebih dari batas normal, batasan normal 36,5º-37,5 º ibu mengatakan demam
3. Nyeri
payudara, payudara penuh dan jarang menyusui
Dx
: pembendungan ASI
4. Nyeri
perut bagian bawah,kontraksi uterus lembek, TFU setinggi pusat, lochea rubra ±
100 cc, berbau menyengat dan berwarna merah segar
:
ibu mengalami tanda gejala sub involusi uterus
5. Ibu
mengatakan malas bergerak
:
Merupakan faktor yang mempengaruhi sub involusi
II.
LANGKAH
2 IDENTIFKASI MASALAH
1.
P1001
Post Partum Hari ke 7 dengan infeksi Puerpuralis ditandai dengan:
DS :
·
Ibu mengatakan darah
yang keluar dari kemaluannya berbau menyengat
·
ibu mengeluh demam.
·
Ibu mengatakan nyeri
pada perut bagian bawah.
·
Ibu mengatakan malas
bergerak
DO:
wajah
pucat, bibir pucat, konjungtiva anemis, K/U: lemah, kesadaran composmentis, TD
90/60 mmHh, Nadi: 96x/menit, RR:20X/menit, suhu 39ºc, TFU:setinggi pusat,
kontraksi uterus lembek, pengeluaran lochea rubra jumlah ± 100 cc, berbau
menyengat
2.
P1001
Post partum hari ke 7 dengan bendungan ASI ditandai dengan:
DS:
Ibu mengatakan nyeri pada payudara, payudara terasa
panas, jarang menyusui
DO
: Payudara penuh
III.
LANGKAH
3 ANALISIS MASALAH
1.
P1A0H1
post partum hari ke 7 dengan Sub involusi
a)
Apa definisi sub
involusi ?
Jawab
: kegagalan uterus untuk mengikuti pola normal involusi atau proses involusi
rahim tidak berjalan sebagaimana mestinya, sehingga proses pengecilan uterus
terhambat
b) Apa
gejala klinis sub involusi ?
Jawab :Biasanya
tanda dan gejala subinvolusi tidak tampak,sampai kira-kira 4 – 6 minggu
postpartum.
·
Fundus uteri letaknya tetap tinggi
didalam abdomen/pelvis dari yang diperkirakan/penurunan fundus uteri lambat dan
tonus uterus lembek.
·
Keluaran kochia seringkali gagal
berubah dari bentuk rubra ke bentuk serosa,lalu kebentuk kochia alba
·
Lochia bisa tetap dalam bentuk rubra
dalam waktu beberapa hari post partum/lebih dari 2 minggu postpartu
·
Lochia bisa lebih banyak daripada yang
diperkirakan
·
Leukore dan lochia berbau
menyengat,bisa terjadi jika ada infeksi.
·
Pucat,pusing,dan tekanan darah
rendah
·
Bisa terjadi perdarahan postpartum dalam
jumlah yang banyak (>500 ml)
·
Nadi lemah,gelisah
,letih,ekstrimitas dingin.
c)
Apa penyebab sub involusi ?
Jawab : a.Terjadi Infeksi pada
endometrium
b.Terdapat sisa plasenta dan selaputnya
c.Terdapat bekuan darah
d.Mioma uteri
d)
Bagaimana cara penanganan sub involusi ?
Jawab :
·
Asuhan Kebidanan dengan cara:
ü Beritahu ibu dan keluarga hasil
pemeriksaan bahwa ibu mengalami sub involusi uterus
ü Kosongkan kandung kemih, sehingga memudahkan
uterus involusi
ü Anjurkan ibu untuk mobilisasi untuk
mempercepat proses involusi
ü Anjurkan ibu untuk makan-makanan
bergizi dan menyusui bayinya sesering mungkin
·
Kolaborasi dokter untuk pemberian antibiotika, pemberian
uteronika, pemberian tablet Fe/transfusi dan dilakukan kuretase apabila masih
ada sisa plasenta yang tertinggal.
e)
Faktor-faktor yang mempengaruhi sub involusi ?
a. Mobilisasi dini
b. Status gizi
c. Menyusui
d. Usia
e. Parietas
f) Pemeriksaan Penunjang ?
a. USG
b. Radiologi
c. Laboratorium (Hb, Golda, Eritrosit, Leukosit,
Trombosit, CT, BT)
2.
Diagnosa
pasti dari kasus di atas adalah P1A0H1 post partum 7 hari dengan Infeksi
Puerperalis
a. Apa
definisi dari Infeksi Puerperalis:
Infeksi puerperalis adalah semua peradangan yang
disebabkan oleh masuknya kuman-kuman ke dalam alat-alat genetalia pada waktu
persalinan dan nifas ditandai dengan kenaikan suhu ≥ 38ºc.
b. Apa
tanda dan gejala Infeksi Puerperalis:
·
Demam
·
Nyeri pelviks
·
Nyeri tekan di uterus
·
Lokea berbau menyengat
·
Terjadi keterlambatan
dalam penurunan uterus
·
Pada laserasi terasa
nyeri, bengkak dan mengeluarkan darah
c. Apa
Penyebab dari Infeksi Puerperalis:
Bakteri Endogen:
Bakteri ini secara normal hidup di vagina dan rektum tanpa menimbulkan bahaya,
contoh
ü Streptokokus
ü Stafilokokus
ü E.Coli
ü Clostridium
welchi
Bakteri
Eksogen: bakteri ini masuk kedalam vagina dari luar, contoh:
ü Clostridium
tetani
ü Clamidia
dan gonokokus
d. Faktor
predisposisi terjadi sepsis puerperalis:
ü Anemia/kurang
gizi
ü Higiene
yang buruk
ü Tekhnik
aseptik yang buruk
ü Manipulasi
yang sangat banyak pada jalan lahir
ü Adanya
jaringan mati pada jalan lahir
ü Insersi
tangan, instrumen/ pembalut yang tidak steril
ü Ketuban
pecah dini
ü Pemeriksaan
vagina yang sering
ü Kelahiran
melalui SC
ü Laserasi
vagina/ serviks yang tidak diperbaiki
ü PMS
yang diderita
ü Hemorargi
post partum
ü Tidak
imunisasi tetanus
ü Diabetes
melitus
e. Penanganan
infeksi puerperalis:
· Asuhan
Kebidanan dengan cara:
ü Beritahu
ibu dan keluarga hasil pemeriksaan bahwa ibu mengalami infeksi puerperalis
ü Mengisolasi
pasien untuk mencegah penyebaran infeksi
ü Anjurkan
ibu untuk menjaga kebersihan daerah genitalia dengan sering mengganti pembalut
· Kolaborasi
dokter untuk pemberian therapi antibiotika
3.
Masalah dari kasus di atas adalah P1A0H1
post partum 7 hari dengan Bendungan ASI
a. Definisi
Pembendungan air
susu karena penyempitan duktus laktiferi
atau kelenjar-kelenjar karena tidak dikosongkan dengan sempurna atau karena
kelainan pada puting susu.
b. Tanda dan gejala
Perlu dibedakan antara payudara bengkak
dengan payudara penuh. Pada payudara bengkak antara lain:
1.
Benjolan terlihat jelas dalam
perabaan lunak
2.
Terasa nyeri, karena ada
pembengkakan yang terlokalisasi
3.
Payudara odem,
4.
Puting susu kencang,
5.
Kulit
mengkilat walau tidak merah,
6.
Dan ASI tidak
keluar kemudian badan menjadi demam setelah 24 jam.
Sedangkan pada payudara penuh:
1.
Payudara
terasa berat,
2.
Panas dan
keras
3.
Bila ASI dikeluarkan tidak ada
demam.
c. Penyebab
Payudara
bengkak disebabkan karena menyusui yang tidak kontinyu, sehingga sisa ASI
terkumpul pada daerah duktus. Hal
ini dapat terjadi pada hari ke tiga setelah melahirkan. keadaan puting susu yang tidak bersih dapat
menyebabkan sumbatan pada duktus laktiferus (lactiverous duct).
Tersumbatnya
duktus laktiferus, bisa satu atau lebih duktus(saluran), penyebabnya:
a).Pemakaian BH yang terlalu ketat b) Tekanan jari-jari ibu ketika
menyusu c) Terjadinya penyumbatan
karena ASI yang terkumpul tidak segera dikeluarkan, sehingga terjadi keadaan
payudara bengkak, seperti diterangkan di bagian payudara bengkak
d. Penanganan
Tatalaksana
atau cara mengatasi payudara bengkak dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
1.
Keluarkan sedikit ASI sebelum
menyusui agar payudara lebih lembek, sehingga lebih mudah memasukkannya ke
dalam mulut bayi.
2.
Bila bayi belum dapat menyusu,
ASI dikeluarkan dengan tangan atau pompa dan diberikan pada bayi dengan
cangkir/sendok.
3.
Tetap mengeluarkan ASI sesering yang
diperlukan sampai bendungan teratasi.
4.
Untuk mengurangi rasa sakit dapat
diberi kompres hangat dan dingin.
5.
Bila ibu demam dapat diberikan obat
penurun demam dan pengurang sakit.
6.
Lakukan pemijatan pada daerah
payudara yang bengkak, bermanfaat untuk membantu memperlancar pengeluaran asi.
7.
Pada saat menyusui, sebaiknya ibu
tetap rileks.
8. Makan-makanan
bergizi untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan perbanyak minum.
e. Cara
menyusui baik dan benar
a. Posisi
tubuh yang benar
Posisi ibu duduk atau
berbaring dengan santai dan nyaman untuk menyangga bayi dapat menggunakan
bantal atau selimut.
b. Posisi
duduk yang benar
1. Gendong
bayi setinggi payudara gunakan bantal untuk menyangga tangan ibu yang memegang
bayi.
2. Ibu
mengatur posisi bayi setinggi tubuh bayi miring terhadap ibu serta perut bayi
menempel pada perut ibu.
3. Siku
dan lengan bawah ibu menyangga kepala, leher dan punggung bayi, tangan ibu
memegang bokong atau paha atas bayi.
4. Lengan
bayi yang lebih rendah dengan ibu diusahakan melingkari tubuh ibu apabila tidak
akan menghalangi mulut bayi ketika menghisap puting.
c. Menyusui dengan posisi menggendong
1. Ibu
duduk dengan santai dan nyaman
2. Gunakan
bantal atau selimut untuk menyangga punggung dan lengan bayi
3. Bila
perlu gunakan penopang bayi untuk menyangga kaki ibu
4. Posisi
bayi miring menghadap ibu, perut bayi menempel perut ibu
5. Gendong
bayi setinggi payudara ibu bila tubuh bayi kecil gunakan bantal sebagai ganjal
6. Letakkan
kepala bayi pada siku ibu, sangga punggung bayi dengan lengan bawah ibu, tangan
ibu memegang bokong atau paha atas bayi
7. Tangan
bayi diletakkan melingkari tubuh ibu
8. Pegang
payudara dengan tangan ibu yang satunya, arahkan dan masukkan puting susu ke
mulut bayi.
d. Menyusui
dengan posisi menggendong silang
1. Cari
tempat duduk yang nyaman gunakan bantal untuk menyangga punggung ibu.
2. Bila
perlu gunakan penopang kaki untuk menyangga kaki ibu.
3. Baringkan
bayi diatas pangkuan ibu bila perlu letakkan bantal untuk menopang bayi.
4. Sangga
kepala bayi dengan tangan kiri ibu dan punggung bayi dengan lengan bawah.
Pegang payudara kanan dengan tangan kanan.
5. Atur
posisi bayi sehingga perut bayi menempel perut ibu, arahkan dan masukkan puting
susu kanan ke mulut bayi.
e. Menyusui
dengan posisi memegang bola
1. Ibu
bersandar duduk di kursi atau tempat tidur.
2. Letakkan
satu atau dua bantal atau selmut disamping ibu, tidurkan bayi di atas bantal
atau selimut tersebut.
3. Sangga
punggung dan leher bayi dengan siku dan lengan bawah ibu serta sangga kepala
bayi dengan lengan.
4. Tubuh
bayi menempel pada ibu, muka bayi langsung menghadap puting susu dan areola
mamae.
5. Pegang
payudara dengan tangan ibu yang satunya. Arahkan bayi ke payudara ibu atur
posisi puting susu dan areola mamae lalu masukkan puting ke dalam mulut bayi.
6. Jaga
agar lengan ibu santai selama menyusui.
f.
Posisi berbaring miring
1. Ibu
berbaring miring dengan nyaman
2. Letakkan
satu atau dua bantal di bawah kepala dan sisipkan satu bantal di belakang
punggung ibu.
3. Letakkan
bantal lain atau lipatan selimut di bawah lutut kaki.
4. Baringkan
bayi dengan posisi miring ke arah payudara ibu, mulut bayi sejajar dengan
puting susu.
5. Gunakan
lengan ibu untuk mengatur posisi bayi agar tetap miring atau sisipkan gulungan
selimut atau handuk dibelakang punggung bayi.
6. Gunakan
tangan ibu yang bebas untuk memegang payudara yang paling dekat dengan bayi
kemudian susui bayi.
7. Apabila
ingin menyusui lengan payudara yang satu maka balikan badan kesisi yang satunya
lagi.
g. Tanda-tanda
bayi berada dalam posisi salah
1. Tubuhnya
mungkin terlalu jauh dari ibunya.
2. Mulut
dan dagunya terpisah dari payudara.
3. Dapat
terlihat banyak areola, terutama bibir bawah.
4. Bayi
menghisap terlalu cepat dan sedikit.
5. Bayi
gelisah atau menolak menyusu karena tidak mendapat ASI.
6. Ibu
merasakan nyeri pada puting susunya.
7. Kepala
bayi menengadah.
h. Pencegahan
Payudara bengkak
1. Menyusui
bayi dengan posisi dan perlekatan yang benar dan tepat
2. Menyusui
on demand
3. Pompa
manual
4. Masase
untuk membantu memperlancar pengeluaran ASI
5. Ibu
rileks dan makan makanan bergizi
IV.
LANGKAH
4 HIPOTESIS
1. Ada
hubungan antara kurangnya mobilisasi dengan sub involusi
2. Ada
hubungan antara frekuensi menyusui dengan sub involusi
3.
Ada
hubungan antara frekuensi menyusui dengan pembengkakan payudara
V.
LANGKAH
5 SASARAN PEMBELAJARAN
1. Mahasiswa
mampu memahami tentang sub involusi
2. Mahasiswa
mampu memahami tentang bendungan payudara
3. Mahasiswa
mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu dengan sub involusi, infeksi
puerperalis dan bendungan payudara
4. Ibu
nifas memahami pentingnya mobilisasi
5. Ibu
nifas memahami pemberian ASI
6. Ibu
nifas memahami cara menyusui bayi yang baik dan benar
VI.
LANGKAH
6 DAFTAR PUSTAKA
JNPK-KR.(2008).Asuhan Persalinan Normal.Jakarta:Bakti
Husada.
Mansjoer,
Arif.(2009).Kapita Selektas Kedokteran.Jakarta:FKUI.
Manuaba.(2010).Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB.Jakarta:EGC.
Prawirohardjo S.(2009).Ilmu Kebidanan.Jakarta:FKU.
Winkjosastro,
Hanifa.(2007).Ilmu Kebidanan.Jakarta:YBSP.
Ambarwati .(20008). Askeb Nifas. Yogyakarta. Mita Cendikia
(47-49).
Saleha. (2009). Askeb Nifas. Jakarta. Salemba Medika
(105-107).
Suherni. (2007). Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta. Fitra
Maya (545-555).
Bari, Saifuddin, Abdul,
Prof. Dr. (2002). Buku Panduan Praktis
Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: YBPSP.
Bari, Saifuddin, Abdul,
Prof. Dr. (2006). Buku Acuan Nasional
Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: YBPSP.
VII LANGKAH
7
Apa
yang membedakan antara infeksi puerpuralis dan sub involusi ?
Jawaban:
Infeksi puerperalis ditandai dengan tanda dan gejala sub involusi uterus