Klinting klinting....seperti bunyi
orang jualan es keliling, padahal itu masih pagi buta.
Shalat shalat...shalat shalat..ingat
akhiraaatt...ingat kiamaat...
Jangan bersih bodoh...jangan bersih
malaass...tinggalkan selimut...tinggalkan bantal dan gulingnya...
Pukul 05.00 WIB menunjukkan
waktunya shalat berjamaah dilantai 1. Begini rasanya hidup di asrama lantai 4
kamar 52. Lagi-lagi turun dan naik tangga. Hal itu aku lakukan setiap hari
tanpa henti. Kalau kaki bukan buatan dari yang diatas rasanya sudah tak bisa
aku gerakkan. Mungkin sudah patah-patah nih kaki seperti lagu patah-patah, eh
poco-poco kali ya??? Haha candaku dalam hati. Apalagi masalah mandi mesti harus
antri panjang, kadang hanya tempat sabunnya yang berjejer sampai 3 meter <
lebay.mode on >. Padahal orangnya masih mendengkur dalam kamar, selimut
masih lengket diatas tubuh yang kusam, telur ayam pun masih menempel pada sudut
mata. Hehehe termasuk aku juga.
Hari ini hari
jumat...kespro pun menanti kedatanganku tepat pukul 06.30 WIB. Sejak jam
setengah enam kamar mandi sudah penuh dengan gayung-gayung berisi sabun tak
berorang yang antri, dan aku mendapat antrian yang terakhir. Terdiam menunggu
antrian. Hoam rasa ngantuk ini tak dapat aku hindarkan, mataku serasa ingin
menutup karena malu pada sinar matahari yang silau di pagi ini.
Dor..suara mengagetkan
lamunanku,, “cepat mandi sana,sekarang sudah kosong tuh kamar mandinya”. Kata
salah seorang temanku. Akhirnya gayung demi gayung ku siramkan ke tubuhku. Dingin
seperti orang terkena hipotermia yang tinggal dikutub utara.
Anak-anak ayo makan,
suara ibu asrama terdengar sampai ke lantai teratas yaitu lantai 4 punya. Ckckckkckckckckckckckckck
;D
Setelah selesai ganti
baju, aku segera menyusul teman-teman yang sudah dibawah untuk sarapan bersama.
Kemudian kami melangkahkan kaki menuju kampus tercinta yaitu STIKES WIDYAGAMA HUSADA. Jam demi jam
ku lalui untuk mengikuti mata kuliah kespro dan akhirnya selesai, kami pun
kembali ke asrama. Di asrama kami membahas tugas askeb yang mengharuskan kami
mencari ibu hamil dengan usia kehamilan lebih dari 7 bulan. Selang beberapa
saat, tiba-tiba salah satu temanku meminta tolong untuk diantarkan ke puskesmas
dekat kampus. Temanku akan memeriksakan giginya, yang telah berhari-hari
menahan sakit dan menghantui dirinya.
Sesampainya di puskesmas,
langsung registrasi dan kami bertiga menunggu diruang tunggu. Canda tawa, senda
gurau menemani waktu kami yang sudah lama menunggu antrian. Orang-orang datang
silih berganti keluar masuk ruangan. Dari anak-anak, remaja, tua muda
memalingkan pemandangan kami. Ku lihat petugas kesehatan dengan sibuknya
memberikan obat-obat, menimbang bayi yang diantarkan ibunya periksa untuk
mendapat imunisasi.
Pada saat itu, mataku
tertuju kepada seorang wanita berkerudung coklat yang tampaknya hamil dengan
usia lebih dari 7 bulan, tanpa pikir panjang aku langsung berbincang dengan
teman disebelahku yang mulai tadi tiada berhentinya tuk bergurau,sampai temenku
yang sakit gigi ikut tertawa dan lupa pada sakit giginya “eh...itu kayaknya ada
ibu hamil”. Ucapku. Serempak mereka berdua menoleh ke arah ibu hamil tersebut
yang perutnya terlihat sudah membesar. “Itu bukan ibu hamil” kata salah satu
temanku. Ku tatap kemana ibu itu duduk, kemudian kami pun mendekatinya karena
rasa penasaran yang terselubung dalam benakku. Dan salah satu temanku masuk ke
poli gigi.
Karena ketidaksabaranku,
aku langsung menanyakan kepada seorang ibu yang menurutku hamil itu.
Awalnya aku basa basi untuk menutupi rasa
penasaranku “permisi bu, mau periksa apa bu??” “periksa gigi mbak” jawab Ibu
tersebut. “Maaf apa benar ibu sedang hamil??” tanyaku. “Ibu sudah tua mbak,
anak ibu saja sudah 4 jadi tidak mungkin hamil lagi, mens ibu saja sudah
berhenti”. Aduuuucchhhh malunya diriku, mau ditaruh dimana mukaku ini,pikirku.
Dan teman-temanku secara spontan menertawakanku. Lucunya kenapa aku tidak bisa
membedakan antara ibu hamil dan ibu yang mempunyai perut buncit. Mungkin karena
pengaruh ngantuk yang selalu hadir di setiap pagi atau mungkin karena hal itu
muncul dari fikiranku yang buru-buru ingin mendapat ibu hamil untuk tugas
askeb. Dengan menahan malu aku berkata “maaf bu saya kira.......”,“tidak
apa-apa mbak” ibu itu memotong pembicaraan. Akhirnya temanku keluar dari poli
gigi di puskesmas itu. Ada pelajaran yang aku ambil dari kejadian tersebut
bahwa tak selamanya mata kita benar dalam melihat sesuatu yang kita lihat.
Jangan melihat seseorang dari 1 sisi,
lihatnya juga dari sisi yang lain karena mungkin itu yang benar.
0 komentar:
Posting Komentar